Senin, 28 Maret 2011

Di Tengah Bencana Jepang, Sakura Mulai Rekah

Badan Meteorologi Jepang menyatakan, pekan ini bunga sakura di Tokyo mulai merekah. Pengumuman ini menjadi awal bagi festival tahunan bunga sakura, yang mekar di waktu-waktu tertentu.

Menurut kantor berita Associated Press, pengumuman itu berdasarkan pantauan pohon-pohon sakura yang ditanam di Kuil Yasukuni, Tokyo. Pohon-pohon sakura di seluruh ibukota Jepang itu diperkirakan merekah secara penuh dalam jangka waktu satu minggu.  Bunga itu biasanya mekar paling lama sebulan.

Festival bunga sakura merupakan peristiwa yang selalu disambut meriah bagi masyarakat di Jepang, karena dianggap menjadi simbol pergantian musim dingin ke musim semi. Di Jepang, Festival Sakura biasanya dimulai akhir Maret atau awal April, tergantung pada hasil pantauan pihak berwenang. Bunga itu identik sebagai ciri khas Jepang.

Namun, tampaknya, perayaan festival sakura tahun ini akan disambut dengan suasana prihatin karena banyak warga Jepang tengah berduka akibat gempa bumi dan tsunami di kawasan timur laut negeri itu pada 11 Maret lalu. Selain itu, penduduk Jepang juga dilanda kekhawatiran atas ancaman radiasi radioaktif akibat rusaknya sejumlah reaktor nuklir pasca tragedi 11 Maret.

Hujan di AS Mengandung Partikel Nuklir Jepang

Meski terpaut jarak ribuan kilometer, dampak krisis nuklir yang disebabkan bocornya reaktor Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima, Jepang sampai Amerika Serikat. Melalui hujan.

Partikel radioaktif ditemukan dalam sampel air hujan yang turun di Massachusetts selama seminggu belakangan di 100 lokasi di wilayah itu. Itu menurut hasil pengawasan oleh U.S. Environmental Protection Agency's Radiation Network, yang diumumkan Minggu 27 Maret 2011 lalu.

Unsur nuklir, radioiodine-131 yang terdeteksi di negara bagian Massachusetts juga ditemukan di wilayah lain di AS, sepeti California, Washington, Colorado, Hawaii, dan Pennsylvania. Sementara, tak ditemukan unsur radioaktif di sample udara di lokasi yang sama di Massachusetts.

Meski demikian, pejabat setempat mengatakan, masyarakat tak perlu khawatir.

"Air minum di Massachusetts tidak terpengaruh dengan radiasi level rendah dalam jangka pendek ini," Komisioner Kesehatan Masyarakat Massachusetts, John Auerbach seperti dimuat MSNBC, Senin 28 Maret 2011. "Kami tetap melakukan monitoring secara berhati-hati, kami juga sedang mempelajari penyebabnya."

Menteri Urusan Energi dan Lingkungan, Richard K. Sullivan Jr telah memerintahkan Departemen Perlindungan Lingkungan Hidup, untuk mengumpulkan sampel tambahan untuk melakukan pengujian lebih lanjut di Massachusetts. Hasilnya akan segera diumumkan dalam beberapa hari.

Seiring kekhawatiran dunia atas efek krisis nuklir Jepang, Negeri Matahari Terbit itu masih berjuang mengendalikan reaktor Fukushima, agar tak menjadi bencana dahsyat. Akhir pekan lalu, beredar kabar air radiasi tingkat tinggi dari sejumlah reaktor nuklir di kompleks pembangkit listrik Fukushima.

Menurut kantor berita Associated Press - dengan mengutip keterangan dari pengelola PLTN, Tokyo Electric Power Co. - air dengan kandungan radiasi tinggi ditemukan di bangunan reaktor Unit 1. Fukushima terletak lebih dari 200 km sebelah utara Tokyo.

Genangan air juga ditemukan di bangunan Unit 2 dan 4. Pengelola menduga bahwa air itu juga mengandung radioaktif tingkat tinggi.

Pemerintah Jepang telah mengevakuasi penduduk di sektar PLTN dengan radius hingga 20 kilometer. Mereka yang tinggal pada radius hingga 30 km dari PLTN juga harus tinggal di dalam rumah. Sedangkan pemerintah Amerika Serikat (AS) menyarankan agar warga jangan berada di radius 80 km dari PLT.